Breaking News

Senin, 27 Juni 2016

riwayat singkat imam syafii

Abū ʿAbdullāh Muhammad bin Idrīs al-Shafiʿī
Lahir                        : 767 M / 150 H Gaza, Palestina
Meninggal.          .  : 820 Fustat, Mesir
Era                           :  Zaman keemasan Islam
Agama                    : Islam
Aliran                    : Sunni Syafi'i
Minat utama.         : Fiqh
Gagasan penting. : Evolusi Fiqh
Dipengaruhi.          : Imam Malik[1]
1. Kelahiran
Idris bin Abbas menyertai istrinya dalam sebuah perjalanan yang cukup jauh, yaitu menuju kampung Gaza, Palestina, di mana saat itu umat Islam sedang berperang membela negeri Islam di kota Asqalan.
Pada saat itu Fatimah al-Azdiyyah sedang mengandung, Idris bin Abbas gembira dengan hal ini, lalu ia berkata, "Jika engkau melahirkan seorang putra, maka akan kunamakan Muhammad, dan akan aku panggil dengan nama salah seorang kakeknya yaitu Syafi'i bin Asy-Syaib."
Akhirnya Fatimah melahirkan di Gaza, dan terbuktilah apa yang dicita-citakan ayahnya. Anak itu dinamakan Muhammad, dan dipanggil dengan nama "asy-Syafi'i".
Setelah ayah Imam Syafi’i meninggal dan dua tahun kelahirannya, sang ibu membawanya ke Mekah, tanah air nenek moyang. Ia tumbuh besar di sana dalam keadaan yatim. Sejak kecil Syafi’i cepat menghafal syair, pandai bahasa Arab dan sastra sampai-sampai Al Ashma’i berkata,”Saya mentashih syair-syair bani Hudzail dari seorang pemuda dari Quraisy yang disebut Muhammad bin Idris,” Imam Syafi’i adalah imam bahasa Arab.
2. Belajar di makkah
Di Makkah, Imam Syafi’i berguru fiqh kepada mufti di sana, Muslim bin Khalid Az Zanji sehingga ia mengizinkannya memberi fatwah ketika masih berusia 15 tahun. Remaja yatim ini belajar fiqih dari para Ulama’ fiqih yang ada di Makkah, seperti Muslim bin khalid Az-Zanji yang waktu itu berkedudukan sebagai mufti Makkah.Kemudian dia juga belajar dari Dawud bin Abdurrahman Al-Atthar, juga belajar dari pamannya yang bernama Muhammad bin Ali bin Syafi’, dan juga menimba ilmu dari Sufyan bin Uyainah.
Guru yang lainnya dalam fiqih ialah Abdurrahman bin Abi Bakr Al-Mulaiki, Sa’id bin Salim, Fudhail bin Al-Ayyadl dan masih banyak lagi yang lainnya. Dia pun semakin menonjol dalam bidang fiqih hanya dalam beberapa tahun saja duduk di berbagai halaqah ilmu para Ulama’ fiqih sebagaimana tersebut di atas.
2. Belajar di madinah
Kemudian dia pergi ke Madinah dan berguru fiqh kepada Imam Malik bin Anas. Ia mengaji kitab Muwattha’ kepada Imam Malik dan menghafalnya dalam 9 malam. Di majelis dia ini, si anak yatim tersebut menghapal dan memahami dengan cemerlang kitab karya Imam Malik, yaitu Al-Muwattha’ . Kecerdasannya membuat Imam Malik amat mengaguminya. Sementara itu As-Syafi`ie sendiri sangat terkesan dan sangat mengagumi Imam Malik di Al-Madinah dan Imam Sufyan bin Uyainah di Makkah.
Dia menyatakan kekagumannya setelah menjadi Imam dengan pernyataannya yang terkenal berbunyi: “Seandainya tidak ada Malik bin Anas dan Sufyan bin Uyainah, niscaya akan hilanglah ilmu dari Hijaz.” Juga dia menyatakan lebih lanjut kekagumannya kepada Imam Malik: “Bila datang Imam Malik di suatu majelis, maka Malik menjadi bintang di majelis itu.” Dia juga sangat terkesan dengan kitab Al-Muwattha’ Imam Malik sehingga dia menyatakan: “Tidak ada kitab yang lebih bermanfaat setelah Al-Qur’an, lebih dari kitab Al-Muwattha’ .” Dia juga menyatakan: “Aku tidak membaca Al-Muwattha’ Malik, kecuali mesti bertambah pemahamanku.”
Dari berbagai pernyataan dia di atas dapatlah diketahui bahwa guru yang paling dia kagumi adalah Imam Malik bin Anas, kemudian Imam Sufyan bin Uyainah. Di samping itu, pemuda ini juga duduk menghafal dan memahami ilmu dari para Ulama’ yang ada di Al-Madinah, seperti Ibrahim bin Sa’ad, Isma’il bin Ja’far, Atthaf bin Khalid, Abdul Aziz Ad-Darawardi. Ia banyak pula menghafal ilmu di majelisnya Ibrahim bin Abi Yahya. Tetapi sayang, guru dia yang disebutkan terakhir ini adalah pendusta dalam meriwayatkan hadits, memiliki pandangan yang sama dengan madzhab Qadariyah yang menolak untuk beriman kepada taqdir dan berbagai kelemahan fatal lainnya. Sehingga ketika pemuda Quraisy ini telah terkenal dengan gelar sebagai Imam Syafi`ie, khususnya di akhir hayat dia, dia tidak mau lagi menyebut nama Ibrahim bin Abi Yahya ini dalam berbagai periwayatan ilmu.
3.belajar di yaman dan baghdad
Imam Syafi’i kemudian pergi ke Yaman dan bekerja sebentar di sana. Disebutkanlah sederet Ulama’ Yaman yang didatangi oleh dia ini seperti: Mutharrif bin Mazin, Hisyam bin Yusuf Al-Qadli dan banyak lagi yang lainnya. Dari Yaman, dia melanjutkan tour ilmiahnya ke kota Baghdad di Iraq dan di kota ini dia banyak mengambil ilmu dari Muhammad bin Al-Hasan, seorang ahli fiqih di negeri Iraq. Juga dia mengambil ilmu dari Isma’il bin Ulaiyyah dan Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi dan masih banyak lagi yang lainnya.
Imam Syafi’i kemudian pergi ke Yaman dan bekerja sebentar di sana. Disebutkanlah sederet Ulama’ Yaman yang didatangi oleh dia ini seperti: Mutharrif bin Mazin, Hisyam bin Yusuf Al-Qadli dan banyak lagi yang lainnya. Dari Yaman, dia melanjutkan tour ilmiahnya ke kota Baghdad di Iraq dan di kota ini dia banyak mengambil ilmu dari Muhammad bin Al-Hasan, seorang ahli fiqih di negeri Iraq. Juga dia mengambil ilmu dari Isma’il bin Ulaiyyah dan Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi dan masih banyak lagi yang lainnya.

Karya imam asy - syafii
Ar-Risalah
Salah satu karangannya adalah “Ar risalah” buku pertama tentang ushul fiqh dan kitab “Al Umm” yang berisi madzhab fiqhnya yang baru. Imam Syafi’i adalah seorang mujtahid mutlak, imam fiqh, hadis, dan ushul. Ia mampu memadukan fiqh ahli Irak dan fiqh ahli Hijaz. Imam Ahmad berkata tentang Imam Syafi’i,”Dia adalah orang yang paling faqih dalam Al Quran dan As Sunnah,” “Tidak seorang pun yang pernah memegang pena dan tinta (ilmu) melainkan Allah memberinya di ‘leher’ Syafi’i,”. Thasy Kubri mengatakan di Miftahus sa’adah,”Ulama ahli fiqh, ushul, hadits, bahasa, nahwu, dan disiplin ilmu lainnya sepakat bahwa Syafi’i memiliki sifat amanah (dipercaya), ‘adalah (kredibilitas agama dan moral), zuhud, wara’, takwa, dermawan, tingkah lakunya yang baik, derajatnya yang tinggi. Orang yang banyak menyebutkan perjalanan hidupnya saja masih kurang lengkap,”
Mazhab Syafi
Dasar madzhabnya: Al Quran, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Dia juga tidak mengambil Istihsan (menganggap baik suatu masalah) sebagai dasar madzhabnya, menolak maslahah mursalah, perbuatan penduduk Madinah. Imam Syafi’i mengatakan,”Barangsiapa yang melakukan istihsan maka ia telah menciptakan syariat,”. Penduduk Baghdad mengatakan,”Imam Syafi’i adalah nashirussunnah (pembela sunnah),”
Muhammad bin Daud berkata, “Pada masa Imam Asy-Syafi`i, tidak pernah terdengar sedikitpun dia bicara tentang hawa, tidak juga dinisbatkan kepadanya dan tidakdikenal darinya, bahkan dia benci kepada Ahlil Kalam (maksudnya adalah golongan Ahwiyyah atau pengikut hawa nafsu yang juga digelari sebagai Ahlul-Ahwa’ seperti al-Mujassimah, al-Mu'tazilah, Jabbariyyah dan yang sebagainya) dan Ahlil Bid’ah.” Dia bicara tentang Ahlil Bid’ah, seorang tokoh Jahmiyah, Ibrahim bin ‘Ulayyah, “Sesungguhnya Ibrahim bin ‘Ulayyah sesat.” Imam Asy-Syafi`i juga mengatakan, “Menurutku, hukuman ahlil kalam dipukul dengan pelepah pohon kurma dan ditarik dengan unta lalu diarak keliling kampung seraya diteriaki, “Ini balasan orang yang meninggalkan kitab dan sunnah, dan beralih kepada ilmu kalam (ilmu falsafah dan logika yang digunakan oleh golongan Ahwiyyah)”
Dia mewariskan kepada generasi berikutnya sebagaimana yang diwariskan oleh para nabi, yakni ilmu yang bermanfaat. Ilmu dia banyak diriwayatkan oleh para murid- muridnya dan tersimpan rapi dalam berbagai disiplin ilmu. Bahkan dia pelopor dalam menulis di bidang ilmu Ushul Fiqih, dengan karyanya yang monumental Risalah. Dan dalam bidang fiqih, dia menulis kitab Al-Umm yang dikenal oleh semua orang, awamnya dan alimnya. Juga dia menulis kitab Jima’ul Ilmi.
Dia mempunyai banyak murid, yang umumnya menjadi tokoh dan pembesar ulama dan Imam umat islam, yang paling menonjol adalah:
Ahmad bin Hanbal, Ahli Hadits dan sekaligus juga Ahli Fiqih dan Imam Ahlus Sunnah dengan kesepakatan kaum muslimin.
Al-Hasan bin Muhammad Az-Za’farani
Ishaq bin Rahawaih,
Harmalah bin Yahya
Sulaiman bin Dawud Al Hasyimi
Abu Tsaur Ibrahim bin Khalid Al Kalbi dan lain-lainnya banyak sekali.
Al-Hujjah
Kitab “Al Hujjah” yang merupakan madzhab lama diriwayatkan oleh empat imam Irak; Ahmad bin Hanbal, Abu Tsaur, Za’farani, Al Karabisyi dari Imam Syafi’i.
Dalam masalah Al-Qur’an, dia Imam Asy-Syafi`i mengatakan, “Al-Qur’an adalah Qalamullah, barangsiapa mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk maka dia telah kafir.”
Pada suatu hari, Imam Syafi'i terkena wasir, dan tetap begitu hingga terkadang jika ia naik kendaraan darahnya mengalir mengenai celananya bahkan mengenai pelana dan kaus kakinya. Wasir ini benar-benar menyiksanya selama hampir empat tahun, ia menanggung sakit demi ijtihadnya yang baru di Mesir, menghasilkan empat ribu lembar. Selain itu ia terus mengajar, meneliti dialog serta mengkaji baik siang maupun malam.
Akhir hayat
Pada suatu hari muridnya Al-Muzani masuk menghadap dan berkata, "Bagamana kondisi Anda wahai guru?" Imam Syafi'i menjawab, "Aku telah siap meninggalkan dunia, meninggalkan para saudara dan teman, mulai meneguk minuman kematian, kepada Allah dzikir terus terucap. Sungguh, Demi Allah, aku tak tahu apakah jiwaku akan berjalan menuju surga sehingga perlu aku ucapkan selamat, atau sedang menuju neraka sehingga aku harus berkabung?".
Setelah itu, dia melihat di sekelilingnya seraya berkata kepada mereka, "Jika aku meninggal, pergilah kalian kepada wali (penguasa), dan mintalah kepadanya agar mau memandikanku," lalu sepupunya berkata, "Kami akan turun sebentar untuk salat." Imam menjawab, "Pergilah dan setelah itu duduklah disini menunggu keluarnya ruhku." Setelah sepupu dan murid-muridnya salat, sang Imam bertanya, "Apakah engkau sudah salat?" lalu mereka menjawab, "Sudah", lalu ia minta segelas air, pada saat itu sedang musim dingin, mereka berkata, "Biar kami campur dengan air hangat," ia berkata, "Jangan, sebaiknya dengan air safarjal". Setelah itu ia wafat. Imam Syafi'i wafat pada malam Jum'at menjelang subuh pada hari terakhir bulan Rajab tahun 204 Hijriyyah atau tahun 809 Miladiyyah pada usia 52 tahun.
Tidak lama setelah kabar kematiannya tersebar di Mesir hingga kesedihan dan duka melanda seluruh warga, mereka semua keluar dari rumah ingin membawa jenazah di atas pundak, karena dahsyatnya kesedihan yang menempa mereka. Tidak ada perkataan yang terucap saat itu selain permohonan rahmat dan ridha untuk yang telah pergi.
Sejumlah ulama pergi menemui wali Mesir yaitu Muhammad bin as-Suri bin al-Hakam, memintanya datang ke rumah duka untuk memandikan Imam sesuai dengan wasiatnya. Ia berkata kepada mereka, "Apakah Imam meninggalkan hutang?", "Benar!" jawab mereka serempak. Lalu wali Mesir memerintahkan untuk melunasi hutang-hutang Imam seluruhnya. Setelah itu wali Mesir memandikan jasad sang Imam.
Jenazah Imam Syafi'i diangkat dari rumahnya, melewati jalan al-Fusthath dan pasarnya hingga sampai ke daerah Darbi as-Siba, sekarang jalan Sayyidah an-Nafisah. Dan, Sayyidah Nafisah meminta untuk memasukkan jenazah Imam ke rumahnya, setelah jenazah dimasukkan, dia turun ke halaman rumah kemudian salat jenazah, dan berkata, "Semoga Allah merahmati asy-Syafi'i, sungguh ia benar-benar berwudhu dengan baik."
Jenazah kemudian dibawa, sampai ke tanah anak-anak Ibnu Abdi al-Hakam, disanalah ia dikuburkan, yang kemudian terkenal dengan Turbah asy-Syafi'i sampai hari ini, dan disana pula dibangun sebuan masjid yang diberi nama Masjid asy-Syafi'i.

Read more ...

Sabtu, 25 Juni 2016

FILOSOFI PECI HITAM SOEKARNO

FILOSOFI PECI HITAM

Peci berasal dari kata Pe (artinya delapan) dan Chi (artinya energi), sehingga arti peci itu sendiri merupakan alat untuk penutup bagian tubuh yang bisa memancarkan energinya ke delapan penjuru angin.
Penutup kepala khas ini, ada juga yang menyebutnya Songkok yang berarti "Kosong dari Mangkok." Artinya, hidup ini seperti mangkok yang kosong.

Harus diisi dengan ilmu dan berkah. Sementara kata Kopiah berasal dari "Kosong karena Dipuah." Maknanya, kosong karena dibuang (di pyah).

Apa yang dibuang? Kebodohan dan rasa iri hati serta dengki yang merupakan penyakit bawaan syaitan.

:D
Read more ...

Selasa, 15 Maret 2016

hukum maulidan



Syaikh Ibnu Taimiyah berkata:
“Mengagungkan maulid dan menjadikannya sebagai tradisi, pahalanya agung, karena tujuannya baik dan mengagungkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” (Ibnu Taimiyah,Iqtidha’ al-Shirath al-Mustaqim, hal. 621).

Tahukah anda bahwa Allah sudah memerintahkan kita,
ﻗُﻞْ ﺑِﻔَﻀْﻞِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺑِﺮَﺣْﻤَﺘِﻪِ ﻓَﺒِﺬَﻟِﻚَ ﻓَﻠْﻴَﻔْﺮَﺣُﻮﺍ
( 58 )
“Katakanlah: “Dengan adanya karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan sebab itu mereka bergembira.”(QS. Yunus : 58).

Tahukah anda siapa yang di maksud "Rohmat Allah" yang kita diperintahkan bergembira dengan kehadirannya ??"
Ini Diterangkan dalam ayat berikut:

ﻭَﻣَﺎ ﺃَﺭْﺳَﻠْﻨَﺎﻙَ ﺇِﻟَّﺎ ﺭَﺣْﻤَﺔً ﻟِﻠْﻌَﺎﻟَﻤِﻴﻦَ ( 107 )
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan sm (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. al-Anbiya’ : 107

Bahkan Rasulullah Saw juga menyatakan;

"انما انا رحمة مهداة"
"Sesungguhnya Aku hanyalah Rohmat yang di hadiyahkan (kepada alam semesta)"

So, jangan diam saja, katakan "MARHABAN"
(Sdr.Amin Nur)
Read more ...

hukum menyalakan kemenyan

MGKIN HATI ANDA BERTANYA2 MENGAPA ULAMA'2 KITA MEMBAKAR GAHRU / WEWANGIAN PADA SAAT MAJELIS

Telah dijelaskan para Ulama dalam berbagai kitab, diantara penjelasan singkatnya sebagai berikut :

كان بن عمر إذا استجمر استجمر بالوة غير مطراة أو بكأفور يطرحه مع الألوة ثم قال هكذا كان يستجمررسول الله صلى الله عليه وسلم

Apabila Ibnu Umar beristijmar (membakar dupa) maka beliau beristijmar dengan uluwah yang tidak ada campurannya, dan dengan kafur yang di campur dengan uluwah, kemudian beliau berkata : "Seperti inilah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam beristijmar".
(HR. An Nasa'i, hadits : 5152)

Sayyidiana Al Imam An Nawawi mensyarahi hadits ini sebagai berikut :

الاستجمار هنا استعمال الطيب والتبخر به وهو مأخوذ من المجمر وهو البخور وأما الألوة فقال الاصمعي وأبو عبيد وسائر أهل اللغة والغريب هي العود يتبخر به

Yang di maksud dengan istijmar di sini ialah memakai wewangian dan berbukhur "berdupa" dengannya. Lafadz istijmar itu di ambil dari kalimat Al Majmar yang bermakna al bukhur "dupa" adapun Uluwah itu menurut Al Ashmu'i dan Abu Ubaid dan seluruh pakar bahasa arab bermakna kayu dupa yang di buat dupa.
(Syarh An Nawawi ala Muslim : 15/10)

ويتاكد استحبابه للرجال يوم الجمعة والعيد وعند حضور مجامع المسلمين ومجالس ألذكر والعلم

Dan sangat kuat kesunahan memakai wewangian (termsuk istijmar) bagi laki-laki pada hari Jum'at dan hari Raya, dan saat menghadiri perkumpulan kaum muslimin dan majlis dzikir juga majlis ilmu.
(Syarah An Nawawi 'ala Muslim : 15/10)

Dan masih banyak lagi keterangan-keterangan lain.

والله أعلمُ بالـصـواب
Read more ...

Sabtu, 05 Maret 2016

putri lie ong tien dan sunan gunungjati



Pada suatu malam sunan gunungjati ingin melaksanakan shalat tahajud, namun ia tidak bisa shalat akhirnya sunanpun pergi ke pantai. Sang sunan pun akhirnya bisa shalat denga khusu', saking khusu'nya sang sunan tertidur di atas perahu.

Setelah bangun sang sunan merasa heran ia berada di daerah daratan china. Disana sunan menjadi seorang tabib atau dalam istilah sekarang dokter.

Sang sunan melakukan pengobatan dengan cara melakukan gerakan shalat dan dibayar dengan 2 kalimat syahadat.

Suatu hari berita tabib sakti itu terdengar ke telinga kaisar, sang kaisar merasa ada yang lebih pandai dari pada rakyatnya.

Waktu demi waktu akhirnya kaisar mengundang sunan gunungjati untuk datang ke istana dan diuji kemampuanya. Dengan cara licik kaisar menguji kesaktian sunan gunungjati dengen cara menebak putrinya mana yang hamil dan masih suci. Sang sunan pun memilih putri ongtien dan semua yg ada di istana tertawa karena sunan gunungjati salah memilih. Putri ong tien yg masih suci sedangkan saudaranya yg hamil.

Apa daya sunan gunungjati pun diusir dari istana. Sunan gunungjati pergi dan menuju pulau jawa sebelum menuju pulau jawa tepatnya cirebon ia sempat mampir ke pasai dan sriwijaya(palembang).

Setelah peninggalan sunan gunungjati bokor yg dipasang di putri ongtien menghilang dan putri ongtien benar benar hamil. Sang putripun tiba-tiba jatuh cinta pada sunan gunungjati. Dan ia meminta izin pada kaisar untuk menyusul sunan gunungjati, kaisarpun memberi izin putri lie ong tien.

Putri ong tien pun berangkat dengan armada yang sangat banyak; prajurit,kapal,piring, serta perbekalan pakaian dan makanan.

Sesampai di sana putri ong tien tudak langsung menikah, karena menunggu bayi itu lahir dan di beri nama kuningan namun bayi itu meninggal karena tidak terurus. Dan setelah bayi itu keluar putri ong tien tidak langsung menikah tapi mengucapkan dua kalimat syahadat dan menikah. Putri ong tien merupakan istri kedua sunan gunungjati setelah yang pertama nyi mas pakungwati
Read more ...

Jumat, 04 Maret 2016

hukum menjawab

Hukum tidak menjawab ketika di tanya.


Berdosa jika ia mendengarnya.terlebih jika ia juga muslim. Berpegang pada sebuah hadist yang mengatakan. Dari ibnu umar ra,meriwayatkan.rasulullah pernah berkata" sesama muslim adalah saudara.oleh karna itu jangnlah mendiamkannya atau menganiayanya.siapa saja yg mementingkan sesama muslim maka allah akan memperhatikan kepentingannya.siapa saja yg melapangkan kesulitan sesama muslim maka allah akan mementingkan satu kesulitan dari beberapa kesulitan dihari kiamat.siapa saja yang menutupi aib saudaranya maka allah akan menutupi aibnya dihari kiamat.(hr muslim)
Read more ...

bahasa jawa vs bahasa inggris

"Bahasa jawa memang lebih komplit susunan kata dan arti dari yang besar sampai yanh kecil......!!"

Ada orang bule Australia datang ke pondok pesantren, dan bertanya kepada kyai...
Bule : "Kenapa kyai kalau mengajar, kitabnya masih menggunakan bahasa jawa? Di zaman globalisasi ini kenapa tidak ditingkatkan dengan menggunakan bahasa inggris?"
Kyai : "Karena kalau diajarkan dalam bahasa inggris, tidak akan mampu menafsirkan semua kosakata dalam AlQur’an maupun hadits, lha bahasa inggris itu sangat sederhana. Bahasa jawa itu bahasa yang sangat kaya dan sangat kompleks."
Rupanya si bule tadi merasa tersinggung mendengar penjelasan sang kyai yang mengatakan bahasa Inggris tidak mampu menafsirkan, dan kalah dengan bahasa jawa.
Bule : "Bagaimana anda bisa mengatakan bahasa jawa itu bahasa yang sangat kaya dan sangat kompleks, serta bisa menjadi bahasa pengetahuan? Padahal faktanya selama ini, bahasa Inggris lah yang paling kompleks!"
Kyai : "Tidak! Bahasa inggris itu memang sangat sangat sederhana. Saya kasih contoh, coba anda lihat! itu yang berwarna kuning keemasan yang ada di sawah. Orang inggris menyebutnya apa?"
Bule : "Rice!"
Kyai : "Orang disini. menyebutnya PARI atau PANTUN ( padi ). Padi itu kalau dipanen namanya GABAH, sedangkan inggris menyebutnya RICE. GABAH itu kalau diambil satu biji, namanya LAS, tapi orang inggris tetap menyebutnya RICE. GABAH kalau sudah terkelupas kulitnya, dinamakan WOS / BERAS, orang inggris tetap menyebut RICE. BERAS Padi kalau patah 2 atau 3, namanya MENIR, orang inggris tetap menyebutnya RICE. BERAS kalau sudah dimasak namanya SEGO atau SEKUL ( NASI ), orang inggris masih saja menyebutnya RICE. NASI kalau cuma 1 butir, namaya UPO, lagi-lagi orang inggris. menyebutnya RICE. NASI yang dimasak sedikit lebih lama, bagian bawahnya dinamakan INTIP atau KERAK, inggris masih menyebut RICE. NASI yang sudah kering namanya KARAK, inggris tetap menyebutnya RICE. Dari 1 kosakata saja, penafsiran namanya bisa bermacam-macam, sedangkan bahasa inggris tidak bisa menafsirkan tersebut. Apa bahasa jawa ini tidak lebih tinggi dan sangat sangat kompleks dibandingkan bahasa inggris yang sederhana tersebut?...
Si Bule : yes yes yes zzzzzzz
Read more ...

sang wali qutub sunan gunungjati


Perjalanan sang wali kutub sinuhun jati purba

Tinggalkan Balasan
Kembali dikisahkan di negara Banisrail, Sultan Hud meninggal dunia meninggalkan kedua anaknya yang masih belum dewasa. Oleh karena itu maka pamannya, Patih Onka kemudian diangkat untuk mewakili, sementara kedua anak Sultan itu masih belum dewasa.
Begitulah setelah Syarif Hidayat menginjak usia dewasa yaitu berusia dua belas tahun, maka segera dibuat persiapan untuk penobatannya. Akan tetapi pada suatu hari Syarif Hidayatullah menemukan sebuah Kitab di Gedung Agung, sebuah kitab yang ditulis dengan tinta emas sebuah kitab yang bernama Kitab Usul Kalam. Kitab ini memperinci hakekat Nabi Muhammad dan menjelaskan mengenai Allah Yang Maha Suci. Setelah membaca buku ini Syarif Hidayatullah menjadi risau hatinya, timbul keinginannya untuk bertemu dengan Rasulullah. Maka diapun segera menjumpai ibundanya untuk mohon ijin akan pergi mencari Nabi Muhammad SAW.

Alangkah terkejutnya sang ibu mendengar keinginan putranya itu, berkata Nyi Mudaim, “anakku, bukankah Nabi Muhammad itu sudah meninggal dunia, dan telah dimakamkan di Madinah. Anakku, bagaimana mungkin ananda bisa berjumpa dengan beliau. Sudahlah anakku, janganlah engkau pergi.”Akan tetapi sang anak demikian risau hatinya, keinginannya untuk pergi tak dapat ditahan lagi.

Sang ibu sangat khawatir, dia segera memberitahu kepada Ki Patih pamannya, yang dengan tergopoh-gopoh lalu segera menemuinya. Berkata sang paman,“Ananda, janganlah anandamengikuti kata hatimu, lihatlah itu para Raja di Banisrail telah berkumpul semua. Semua berkumpul hendak menobatkan ananda, menjadi Sultan Banisrail.”kemudian di jawab oleh Syarif Hidayatullah, “Pamanda, mengenai hal itu terserah paman saja, akan tetapi sekarang ini keinginan hamba telah teguh yaitu untuk mencari Nabi Muhammad.” Sang paman terus mencoba membujuknya, dengan lemah lembut dia berkata, “Anakku, bukankah Rasulullah itu sudah meninggal di Madinah?” pertanyaan itu dijawab oleh Syarif Hidayatullah, “Paman aku tidak menganggap beliau telah meninggal, karena itu adalah urusan Allah yang bersifat Maha Pengasih. Apakah paman pernah mendengar ada orang mati yang datang menemui orang hidup, memang Allah itu Maha Kuasa. Susah atau mudahnya kita serahkan kepada Yang Widhi”, setelah berkata demikian pemuda Syarif segera pergi meninggalkan istana Banisrail.

Syarif berjalan dengan cepat, semua yang hadir mencoba mengejarnya, dia mengayunkan langkahnya keraha selatan. Para Bangsawan yang hadir bubar semua dan menyusul tuannya yang tak tentu hilangnya itu. Mereka mencari dengan menyusuri gunung dan hutan, akan tetapi tidak seorangpun yang berhasil menemukannya. Seolah-olah penglihatan merekasemua ditutup oleh Yang Maha Suci. Begitulah Syarif Hidayat terus berjalan mencari Rasulullah, gua dan jurang dimasukinya. Sudah tiga hari dia mencari, akan tetapi belum memperoleh apa-apa, hingga kemudian dia berjumpa dengan seekor Naga besar yang rupanya sangat dahsyat. Naga itu melingkar bagaikan gunung dengan badan yang tak hentinya menggeliat. Sisiknya berkilauan bagaikan gemerlapnya kilat, dengan nafas yang mendengus dengus.

Melihat ada yang datang, sang Naga mengangkat kepalanya dan tertawa dengan suara keras bagaikan halilintar dengan bahasa manusia sang Naga berkata, “Hei manusia, darimana asalmu berani datang kemari, tidak biasanya ada orang yang datang kesini, karena disini bukanlah tempatnyamanusia.” Pemuda Syarif menjawab, “Aku ini tengah tersesat, niatku akan mencari Nabi Muhammad yang ternama.” Sang Naga lalu berkata, “Rasulullah itu telah wafat dan dimakamkan di Madinah, ananda tak mungkin bisa menemuinya.” Pemuda itu kemudian menjawab, “Aku tidak menganggap Rasul telah wafat, karena itu adalah urusan Allah Yang Maha Kuasa, bukankah Allah itu bersifat Maha Pengasih dan Penyayang?.” Mendengar jawaban demikian maka sang Naga pun berkata, “Kalau nanti ananda dapat berjumpa dengan Nabi, jangan lupa sampaikan salawatku kepada Rasulullah. Sudah lama ananda mencari, sekarang laluilah terowongan itu. Akan tetapi langkah ananda harus dipercepat karena terowongan itu tempat dimana setan-setan berada.”Kemudian pemuda itupun mohon diri kepada sang Naga untuk melanjutkan perjalanannya. Sudah satu jum’at lamanya dia berjalan mencari Rasulullah.

Melepaskan lelahnya pemuda Syarif berhenti di bawah pohon Cemara putih, dia merasa lelah karena sudah sepuluh malam berjalan tidak makan dan tidur. Tengah dia duduk sambil mengurut-urut di bawah kaki pohon Cemara putih itu, tiba-tiba ada seorang tua datang mendekat. Melihat pemuda Syarif si kakek lalu bertanya dengan suara lantang, “Anak muda, darimana kau datang dan apa yang kau lakukan disini?”

Dijawab oleh pemuda Syarif dengan sopan, “Hamba tengah berusaha untuk bertemu dengan Nabi Muhammad Nurbuat, dan kakek ini hendak pergi kemana, bertemu dengan hamba ditempat yang sunyi ini. Kemakah gerangan yang dituju hingga nafas kakek terengah engah demikian.” Sang Pandita menjawab, “Aku ini bernama Pandita Ngapini, aku bermaksud akan mengunjungi makam Nabi Sulaiman di Pulau Majeti, aku akan mencari berkah.”

Mendengar itu pemuda Syarif pun tertarik untuk pergi bersama sang kakek. Maka berkata pemuda Syarif dengan penuh kesopanan,“Bilamana diperkenankan, izinkanlah hamba pergi bersama kakek.” Kakek Ngapini berkata, “Baiklah, akan tetapi tunggulah dahulu disini, karena kakek akan mencari air susu untuk minumnya Naga Guwing disana. Susu itu sebagai syarat bagi naga yang menjaga makam itu. Diantara naga-naga penjaga yang buas itu, ada satu naga yang baik kepada manusia, bilaman buih keluar dari telinganya maka buih itu dapat dipergunakan untuk menidurkan naga-naga yang lain.” Setelah berkata demikian kakek Ngapini pergi.

Tidak lama kemudian dengan membawa air susu, mereka pergi bersama-sama, dan dikisahkan keduanya telah tiba di Pulau Majeti, dimana makam Nabi Sulaiman berada. Sang naga yang mengasihi pendeta Ngapini sudah ditemui, dan pendeta Ngapini lalu memberikan air susu yang dibawanya. Lalu buih pun keluar dari telinga sang Naga yang cepat-cepat diambilnya dan dipakai sebagai sirep bagi naga-naga yang lainnya. Naga-naga itupun kemudian tertidur lelap semuanya.

Pendita Ngapini bersama pemuda Syarif lalu meamsuki ruang makam. Didalamnya terlihat ada yang terbaring di dalam peti jenazah yang terbuat dari emas. Jasadnya masih utuh dengan cahaya yang berkilauan, sama sekali tidak membuat takut untuk mendekatinya. Ketika pemuda Syarif berada didekat jenazah itu, terdengar suara berbisik, “Menyingkirlah kamu nak, yang jelek jangan kau campuri, Pendita Ngapini itu datang kemari akan mencuri.” Pemuda Syarif mengerti akan pesan yang disampaikan kepadanya, dan diapun segera menyingkir. Sementara itu sang Pendita melanjutkan langkahnya mendekati makam Nabi, maksudnya hendak mengambil cincin indah yang dikenakan Nabi yang bernama Cincin Mamlukat. Akan tetapi belum tercapai maksudnya, halilintar menyambarnya hingga Pendita itu hancur lebur.

Sedangkan pemuda Syarif terbawa oleh cengkeraman halilintar, naik membumbung ke angkasa, memasuki kegelapan awan, terlempar jauh keluar dari batas dunia sampai akhirnya terdampar di Jabal Kahfi. Disini dia berjumpa dengan seorang yang tengah bertapa dengan khusuknya, cahanya memancar bagaikan zamrud.

Pemuda Syarif melihat disampingnya terletak sebuah kendi tanah, maka kemudian dia pun menyapa sang pertapa dengan ramah, “kakek yang tengah bertapa, kendi apakah gerangan yang ada di samping kakek itu?” sang Pertapa menjawab, “Aku sudah tidak tahu lagi, sejak aku datang kendi itu sudah ada di sini, aku tak pernah menyentuhnya.” Kemudian pemuda Syarif berkata lagi, “ kakek pertapa, coba tolong tanyakan darimana asal mulanya, agar supaya jangan sia-sia kakek berada di sampingnya.” Pertapa itu lalu menjawab,”anakku dimana ada kendi bisa diajak bicara.”

Lalu pemuda Syarif mendekati kendi itu dan kendi itu lalu ditanya, “kendi apakah gerangan ini, dan darimana asalmu.” Kendi tanah itu tiba-tiba menjawab, “hamba ini paduka tuan, adalah kendi dari Surga, berada disini disediakan bagi tuan. Bukankah tuan sudah empat puluh hari tidak makan, tidak tidur, dan juga tidak minum. Tuan diizinkan untuk meminum airnya, tersisa sepertiganya. Kemudian Kendi Tanah berkata lagi, “bilamana tuan habiskan minuman isiku, anak cucu tuan akan menjadi raja hingga hari kiamat nanti.” Pemuda Syarif mengikuti apa yang dikatakan Kendi tanah itu, lalu cepat airnya diminum habis. Kendi itu berkata, “kelak anak cucumu akan dinobatkan menjadi Raja, akan tetapi pemerintahannya akan terputus karena tadi Tuan tidak meminum habis air itu.” Setelah selesai berbicara demikian Kendi Tanah itupun hilang lenyap, Sang Pertapa terkejut melihatnya dan berkata, “selama hidupku belum pernah menyaksikan hal seperti itu.”

Pemuda Syarif kemudian mohon diri kepada pertapa itu dan melanjutkan perjalanannya mencari Nabi Muhammad SAW. Sudah serratus hari lamanya dia mencari tanpa makan dan minum, akan tetapi belum juga menemukan yang dicari. Di tengah perjalanan pemuda Syarif melihat keadaan di Alam Nyawa, tempat dimana nyawa dari orang-orang yang mati dalam perang Sabil berada. Tempat yang mulia bagaikan Surga dimana penghuninya bersuka ria, menunggang kuda dan berbusana indah dari Surga Agung. Walaupun badan mereka masih luka-luka dengan darah yang masih mengalir, akan tetapi mereka sangat harum baunya. Dari wajah mereka tidak terlihat rasa pedih ataupun kesakitan, bahkan mereka gembira dan bersuka ria. Pemuda Syarif gundah hatinya melihat mereka yang luka-luka itu.

Tidak lama kemudian ada yang datang, seorang yang tubuhnya bercahaya dan baunya harum semerbak, dia datang menunggang kuda terbang yang bernama Kuda Sembrani, datang menjumpai Syarif Hidayatullah “Barangkali engkau belum tahu, inilah tempatnya nyawa orang-orang yang mati dalam perang Sabil, mereka meninggal dalam membela agama Islam. Itulah karunia dari Yang Maha Esa kepada mereka, diberikan karunia di Surga indah. Kubertitahukan juga kepadamu bahwa keinginanmu untuk berjumpa dengan Rasulullah akan terpenuhi. Sungguh Allah Yang Maha Agung bersifat pemurah dan terimalah buah ini, sebagai tanda cinta dari Surga yang indah. Buah ini dipetik dari Surga yang mulia, sejak jamannya Nabi Nuh sampai sekarang belum busuk. Allah memberikannya kepadamu sebagai tanda anugrah-Nya dan dengan kehendak Allah pangkat derajatmu diangkat menjadi Wali Allah Quthub. Kalau saja belum tertutup ke-Nabian maka pangkat Nabi-lah yang akan kau peroleh. Akan tetapi sekarang sudah tutup ke Nabi-an yang diberikan terakhir kepada Muhammad Nurbuat.”

Syarif Hidayat menerima pemberian buah hijau itu, lalu segera dimakannya. Dia merasakan seribu rasa yang merupakan kenikmatan tiada tarayang telah diberikan oleh Yang Maha Agung. Kemudian pemuda Syarif berkatakepada Nabi, “Siapakah gerangan paduka tuan ini, jin ataukah Malaikat.”Nabi itu menjawab, “Aku adalah Nabi Khidir, dengan belas kasihan Yang Maha Suci, yang telah memanjangkan umurku dan dengan kehendak Hyang Maha Manon aku menyampaikan wahyu kepada manusia yang mulia, yang bersih hatinya. Karena Malaikat Jibril itu diutus menyampaikan wahyu tidak kepada manusia biasa, akan tetapi hanya kepada para Nabi. Karena itu engkau menerimanya dariku dan hukumnya engkau ini adalah Wali Allah yang mulia. Pintu ke-Walian masih terbuka untuk seseorang setelah engkau, yaitu kelak diakhir zaman, akan ditutup oleh seorang Wali yang bernama Imam Mahdi. Kelak jika telah aku sampaikan wahyu kepadanya, setelah itu maka kemudian ajalku akan diambil Laknatullah. Baiklah sekarang engkau akan kutinggal.”

Kemudian Nabi Khidir cepat menaiki kudanya, dan bersiap hendak mencambuk kudanya untuk meninggalkan pemuda Syarif. Akan tetapi tanpa bisa dicegah pemuda Syarif melompat dibelakangnya dan minta untuk diajak pergi. Kuda Sembrani itu lalu terbang cepat bagaikan kilat, tenggelam dalam ketidaktahuan arah, utara-barat-timur ataupun selatan, alam menjadi gelap gulita hingga akhirnya memasuki sebuah tempat yang terang benderang. Mereka tiba di Gunung Mirah Wulung, darimana terlihat Surga Agung.

Setelah pemuda Syarif turun dari Kuda Sembrani itu, Nabi Khidir berkata, “Engkau tunggulah disini dengan sabar, nanti akan ada yang datang kepadamu, nanti akan kau lihat sendiri.” Setelah berkata demikian lalu Nabi Khidir menghilang tak terlihat lagi. begitu pemuda Syarif ditinggal termangu mangu seorang diri menunggu kedatangannya seorang yang agung. Tak terdengar kedatangannya, seekor burung putih keluar dari puncak gunung mendatangi pemuda Syarif dan kemudian membawanya naik ke puncak gunung itu. Pemuda Syarif dibawa ke Mesjid Kumala. Tanpa diketahui kedatangannya kemudian terlihat Rasulullah, cahanya menyilaukan memancar menerangi alam sekitarnya. Syarif Hidayat lalu menghambur untuk bersujud di hadapan Nabi, akan tetapi bahunya segera diangkat oleh Rasul dan sabdanya, “Nanti kamu kafir kalau kamu menyembah sesame manusia, sebab sejak awalnya sujud itu hanya kepada Allah.”

Pemuda Syarif kemudian berkata, “Hamba mohon syafaat, baiyat kepada sejatinya, semoga selamat dunia sampai akhirat.” Rasul berkata :

“He wong anom, iku sira pinangka dadi gegentine raganing wong. Den eling sira mangko, ing sasamining agesang. Urip iku ora beda, ora kena ya ing lampus sukmanira anom iku Allah. Aja sengge dingin kari, anging tunggal tan kalinya, iku sira ing anane. Ciptanen roro ning tunggal. Nanging dhohir kudu nganggoa ing warana iku besuk, ngramehaken ingkang praja. Nuduhaken kaula gusti, poma-poma den sangkriba iku ing wicarane. Nyampurnaken ing amal, syareat ingkang utama, ngabekti ing bapa ibu, ngunjunga ing Ka’batullah. Ulatana guru kang mursyid, aja ngilangaken adat dunya.”

(Hai anak muda, yang akan menjadi pengganti diriku. Ingatlah kamu selalu kepada sesama hidup. Karena hidup itu tidak berbeda, tidak bisa dibunuh karena sukmanya itu Allah. Jangan sampai nanti terlambat, hanya ada satu tak ada duanya, yaitu itulah engkau adanya. Namun lahir harus memakai tirai, untuk meramaikan negara. Berikan petunjuk kepada hamba Allah, berhati-hatilah dalam tutur kata. Sempurnakan amal syareat yang utama, dengan berbakti kepada ayah bunda, dan kunjungilah Ka’bah Allah. Carilah guru yang saleh dan janganlah meninggalkan adat dunia, hanya itulah nasihatku ). Maka selesai sudah baiyatnya Rasulullah. Syarif Hidayat pun bersyukur karena tercapai sudah keinginannya yang satu, yaitu berjumpa dengan Nabi Muhammad SAW.

Read more ...

kehebatan sedekah

Kehebatan Sedekah..

Sebagaimana Firman ALLAH:

 رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ

"Wahai Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda [kematian]ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah..." {QS. Al Munafiqun: 10}

Kenapa dia tdk mengatakan,
"Maka aku dapat melaksanakan umroh"
"Maka aku dapat melakukan sholat atau puasa" dll?

Berkata Para Ulama,
Tidaklah Seorang Mayit Menyebutkan "Sedekah" kecuali karena dia melihat Besarnya Pahala dan Imbas Baik nya Setelah dia Meninggal..

Maka, Perbanyaklah Bersedekah, Karena Seorang Mukmin akan Berada dibawah Naungan Sedekahnnya...

Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam Bersabda :

“Setiap Orang Akan Berada di bawah Naungan Sedekahnya, hingga diputuskan Perkara-perkara di antara Manusia.” (HR. Ahmad) *

Dan, Bersedekah-lah atas Nama org org yg Sudah Meninggal diantara kalian, Karena Sesungguhnya mereka sangat Berharap Kembali ke Dunia untuk bisa Bersedekah dan Beramal Shalih, maka Wujudkanlah Harapan Mereka.

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha Bahwasanya ada Seseorang Mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Kemudian dia Mengatakan,

“Wahai Rasulullah, Sesungguhnya Ibuku Tiba-tiba Saja Meninggal Dunia dan Tidak sempet Menyampaikan Wasiat Padaku. Seandainya dia ingin Menyampaikan Wasiat, pasti dia akan mewasiatkan agar bersedekah untuknya.

Apakah Ibuku akan Mendapat Pahala jika aku Bersedekah untuknya..?? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Iya”. (HR. Bukhari & Muslim) *

Dan, Biasakan, ajarkan anak-anak kalian untuk Bersedekah...

Dan Sedekah yg Paling Utama Saat ini Adalah Menyebarkan Pesan ini dengan Niat Sedekah

Semoga Bermanfaat
Read more ...
Designed By Published.. Blogger Templates